Sabtu, 27 Oktober 2012

Tembaga(II)Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Berhidrat


Tembaga(II)Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetraamin Sulfat Berhidrat


                                              
Hari/Tanggal : Selasa/ 16 Oktober2012

I.  TUJUAN
Mempelajari pembuatan tembaga(II) ammonium sulfat berhidrat dan tembaga (II) tetra amin   sulfat berhidrat.

II. DASAR TEORI

            Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu+ akan berada pada banyak jumlah (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disproporsionasi ini akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci, 1987 : 350).
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat di tempa dan liat. Tembaga melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu / Cu+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+. Reaksi ion Cu+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0.1-0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2 (Sugiarto, 2003 : 569).
            Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulfit teroksidasi superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat dan SO2. Di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen. Kestabilan relatif kepro dan kopri diartikan dengan potensial Cu*= 0,52 V dan Cu+ = 0,153 V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau dituliskan [Cu(H2O)6]2+. Diantara berbagai kristal hidratnya adalah sulfat hidratnya adalah sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Syukri, 1999 : 321).

III.  ALAT DAN BAHAN
       Alat:
     - Gelas beker 50 mL
     - Batang pengaduk
     - Kaca arloji
     - Corong
     - Kertas saring
     - Gelas ukur
     - Pipet tetes
     - Mortar dan alu

Bahan:
-  Aquadest
-  CuSO4 serbuk
-  NH4OH pekat
-  Alcohol 96 %
                            
IV. CARA KERJA






V. HASIL PENGAMATAN


VI.      VI. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui :
M CuSO4(NH4)2SO4.6H2O  =
4,54 gram
Massa CuSO4.5H2O               = Massa (NH4)2SO4 = 5 gram
BM CuSO4.5H2O                    = 249,54 g/mol
BM (NH4)2SO4                       = 132 g/mol
BMCuSO4(NH4)2SO4.6H2O   = 399,54 g/mol
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian :
Mol CuSO4.5H2O       = 5 g/ 249,54 g/mol = 0,02 mol
Mol (NH4)2SO4           = 5 g/ 132 g/mol = 0,03 mol

CuSO4.5H2O   +    (NH4)2SO4   →       CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
                      m :     0,02 mol                0,03 mol                           -
                      r   :    0,02 mol                 0,02 mol                         0,02 mol
                      s   :        -                          0,01 mol                         0,02 mol
massaCuSO4(NH4)2SO4.6H2O  = molCuSO4(NH4)2SO4.6H2O x BMCuSO4(NH4)2SO4.6H2O
                                                      = 0,02 mol x 399,54 g/mol           
                                                      = 7,99 gram
% rendemen = (4,54 gram / 7,99 gram) x 100 % = 56,82 %

2. Pembuatan Tembaga (II) tetra amin sulfat hidrat Cu(NH3)4SO4.6H2O
Diketahui :
Massa Cu(NH3)4SO4.6H2O  =
4,55 gram
BM CuSO4.5H2O                   = 249,54 g/mol
BM Cu(NH3)4SO4.6H2O       =  321,54 g/mol
V NH3 15 N                             = 10 mL
Ditanya  : % rendemen...?
Penyelesaian  :
Mol CuSO4.5H2O                    = 6,25 g / 249,54 g/mol = 0,025 mol
Mol Cu(NH3)4SO4.6H2O        = 6,25 g / 321,54 g/mol = 0,015 mol
CuSO4.5 H2O    +       4NH3      →        Cu(NH3)4SO4.6H2O
                  m :     0,025 mol            0,015 mol                         -
                  r   :    0,025 mol             0,1 mol                        0,025 mol
                  s  :         -                       0,05 mol                       0,025 mol
MassaCu(NH3)4SO4.6H2O      = molCu(NH3)4SO4.6H2O x BMCu(NH3)4SO4.6H2O
                                                   = 0,025 mol x 321,54 g/mol     
                                                   = 8,038 gram
% rendemen = (4,55 gram / 8,038 gram) x 100 % = 56,60 %


VII.    VII. PEMBAHASAN
         Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pecobaan tentang Tembaga (II) Ammonium Berhidrat dan Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat. Dalam pembuatan tembaga amonium, yang dilakukan adalah menimbang massa CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 masing-masing sebanyak 5 gram. Tempatkan dalam cawan arloji. Kemudian disiapkan air panas sebanyak 12 ml yang ditempatkan pada gelas piala, lalu masukkan campuran tembaga (II) amonium sulfat berhidrat kedalam air yang sudah dipanaskan tersebut. Diaduk dan dilarutkan dengan batang pengaduk.   Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya pelarut air karenabaik CuSO4.5H2O  maupun (NH4)2SO4 yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat, dengan melarutkan kristal CuSO4.5H2O dan Kristal (NH4)2SO4 dalam aquadest menghasilkan larutan yang berwarna biru muda. Selanjutnya larutan tersebut ditutup dengan cawan arloji kemudian didinginkan dibawah penanggas air yang dingin. Kemudian setelah disiapkan kertas saring, larutan tadi disaring hingga yang tersisa hanya kristal atau endapannya saja. Ditunggu hingga terbentuk kristal benar-benar terpisah dari larutan kemudian ditimbang. Menurut hasil pengamatan, didapat bahwa hasil kristal yang telah ditimbang adalah 4,54 gram. 

 Reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam ini yaitu :
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO→ CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Dari hasil reaksi di atas terlihat bahwa terbentuk garam Tembaga (II) ammonium sulfat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang merupakan garam rangkap, karena garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.

         Berikutnya pembuatan garam tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat. Serbuk CuSO4.5H2O berwarna biru dengan menggunakan larutan NH3 pekat yang telah diencerkan dengan aquades, berupa larutan bening. Pencampuran ini dilakukan dalam lemari asam, karena akibat dari pencampuran ini menghasilkan gas yang berbau menyengat yang berasal dari larutan amonia pekat yang digunakan.  Dari hasil campuran ini, terbentuk larutan yang berwarna biru tua. Selanjutnya ke dalam campuran biru tua tersebut ditambahkan alkohol 95 % sedikit demi sedikit, hal ini bertujuan untuk mengurangi energi solvasi ion-ion sehingga pembentukan kristal dapat terjadi lebih sempurna. Praktikan menggunakan alkohol, karena alkohol merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ionik, dimana alkohol sendiri memiliki tetapan dielektrik yang rendah. Setelah penambahan ini, campuran didiamkan. Endapan biru tua yang terbentuk kemudian disaring, lalu dicuci dengan campuran amonia pekat dan alkohol, kemudian dengan larutan alkohol. Pencucian dilakukan untuk memurnikan endapan kristal yang terbentuk dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa bersama filtrat.     Terakhir endapan dikeringkan, kemudian ditimbang. Endapan yang terbentuk sebanyak 4,55 gram, dengan persen hasil (% rendemen) sebesar 56,60 %. Reaksi yang terjadi pada saat pembentukan garam kompleks ini adalah:
CuSO4.5H2O+ 4NH Cu(NH3)4SO4.5H2O
VIII. KESIMPULAN
1.   Massa kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 4,54 gram.
2.     % rendemen CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 56,82%.
3.    Massa kristal Cu(NH3)4SO4.6H2O adalah 4,55 gram, kristal berwarna biru tua.
4.    % rendeman Cu(NH3)4SO4.6H2O adalah 56,60%.
5.   Warna kristal Tembaga (II) Ammonium Sulfat Berhidrat adalah biru muda.  Warna kristal Tembaga (II) Tetra Amin Sulfat Berhidrat berwarna biru tua.


DAFTAR  PUSTAKA
Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI- Press.
Muliyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi AksaraWilkinson.
Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.Jakarta :
      Erlangga.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : PT. Gramedia.


PERTANYAAN

1. Apa tujuan pencucian dengan menggunakan eter?
Pencucian endapan kristal pada pembuatan garam kompleks bertujuan untuk melarutkan alkohol maupun senyawa organik yang masih terkandung dalam kristal garam.

2. Apa jenis garam yang dihasilkan dari percobaan ini ?
Garam yang dihasilkan dalam percobaan ini ada dua jenis :
Pertama garam rangkap (sederhana) yaitu garam tembaga (II) ammonium sulfat hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
Kedua garam kompleks yaitu garam tembaga (II) tetra amin sulfat berhidrat Cu(NH3)4SO4.5H2O. 
 3. Bedakan antara garam kompleks dengan garam sederhana?
Garam kompleks adalah garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks.
Garam sederhana (rangkap) adalah Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu.




Senin, 08 Oktober 2012

Korosi Besi



Korosi

 Selasa, 2 Oktober 2012
I. Tujuan :
-Mengamati perubahan atau perkaratan besi
-Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi

II.   Dasar teori
      Korosi merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi meruapakn system termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. System ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencengahan korosi merupakan salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut percobaan ini difokuskan dalam upaya pencengahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada percobaan ini akan diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimianya.
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam logam yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan diudara terbuka untuk beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi berkarat merupakan reaksi redoks yang melihat oksigen:

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk Kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas  asam, basa serta garam , baik dalam bentuk senyawa an organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Uadara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Flour, hidrogen, flourida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan- bahan organik.  Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industry. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas keudara. Ammoniak dalam kegiatan  industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku didalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan amoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan peningkatan pengunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen(NOx) dan oksida belerang(SOx). walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batu bara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Didalam udara, kedua gas tersebut dapt berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dana asam sulfat(H2SO4).
Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut didalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik didalam peralatan elektronik. Jika hala itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam computer,televisi, video, kalkulator, jam didital dan sebagainnya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektolit.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bhkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus hubungan pendek yang terjadi pada peralatn elektronika dapat menybabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilanagn atau kerusakan maateri tetapi juga korban nyawa .


           III.   Alat dan Bahan
  • Alat : 
         Gelas piala 250 ml
         Cawan petri
         Batang pengaduk
         Penanggas air
         Paku

  • Bahan   
        Larutan NaCl
              Agar-agar
              K3(Fe(CN)6)
             Fenolftalin
             Larutan HCl

     IV. Cara Kerja


  


   V.   Hasil Pengamatan

     
a.    Tabel pengamatan terhadap paku pada waktu setelah 30 menit
No.
Perlakuan
Jenis paku
Paku Beton
Paku Payung
Paku besi
Paku Payung Besar
Paku Baut
1.
Agar-agar (kontrol)
-
-
+1
X
-
2.
Kontrol + NaCl
-
-
+1
+1
+1
3.
Kontrol + NaOH
-
-
-
+1
-
4.
Kontrol + HCl
Oks +5
Oks +3
Oks +1
Oks +2
Oks +4
5.
Kontrol + pp
-
-
Red +2
Red +1
Red







6.
Kontrol + K3(Fe(CN)6)
-
Red
+1
+2
-










      b.    Tabel pengamatan terhadap paku pada waktu setelah 1 jam


No.
Perlakuan
Jenis paku
Paku Beton
Paku Payung
Paku besi
Paku Payung Besar
Paku Baut
1.
Agar-agar (kontrol)
-
-
+1
X
-
2.
Kontrol + NaCl
-
-
Red +3
+2
+1
3.
Kontrol + NaOH
-
-
-
+2
-
4.
Kontrol + HCl
Oks +5
Oks +3
Oks +1
Oks +2
Oks +4
5.
Kontrol + pp
-
-
Red +3
Red +2
Red +1







6.
Kontrol + K3(Fe(CN)6)
-
Red +1
Red +1
+3
-


      c.    Tabel pengamatan terhadap paku pada waktu setelah 2 jam


No.
Perlakuan
Jenis paku
Paku Beton
Paku Payung
Paku besi
Paku Payung Besar
Paku Baut
1.
Agar-agar (kontrol)
-
+1
+2
X
-
2.
Kontrol + NaCl
-
-
Red +2
+2
+1
3.
Kontrol + NaOH
-
-
-
+2
-
4.
Kontrol + HCl
Oks +5
Oks +3
Oks +1
Oks +2
Oks +4
5.
Kontrol + pp
-
-
Red +3
Red +2
-
6.
Kontrol + K3(Fe(CN)6)
-
Red +1
Red +1
+3
-


     d.    Tabel pengamatan terhadap paku pada waktu setelah 24 jam

No.
Perlakuan
Jenis paku
Paku Beton
Paku Payung
Paku besi
Paku Payung Besar
Paku Baut
1.
Agar-agar (kontrol)
-
+4
+5
X
-
2.
Kontrol + NaCl
-
+3
+4
+2
+1
3.
Kontrol + NaOH
-
-
-
+2
-
4.
Kontrol + HCl
Oks +5
Oks +3
Oks +1
Oks +2
Oks +4
5.
Kontrol + pp
-
+4
+5
-
Red
6.
Kontrol + K3(Fe(CN)6)
-
Red +2
Red +3
+4
-
  

   keterangan:
-   -     = tidak terjadi korosi
   +n  = tingkat korosi ke-n
   X    = tidak ada jenis paku yang digunakan
   Oks = terjadi oksidasi
   Red = terjadi reduksi
    
   
   VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan proses korosi besi dengan menggunakan paku beton dengan ukuran sama besar yang diberikan berbagai perlakuan dengan tujuan mengamati perubahan atau perkaratan besi serta mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi. Perlakuan yang diberikan terhadap paku beton ini diantaranya dicelupkan kedalam agar-agar sebagai kontrol, dicelupkan kedalam Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6) 0,5 M, dan HCl 0,5 M dengan pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam, dan 24 jam.
Terlebih dahulu, dipanaskan 210 mL aquadest dalam gelas piala 250 mL sampai mendidih. Lalu ditambahkan satu bungkus agar-agar putih ke dalamnya sambil diaduk hingga larut. Hal ini dikarenakan agar-agar tidak larut dalam air dingin. Agar-agar yang digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai medium indikator, selain itu juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi.
     Setelah mendidih dituangkan agar-agar tersebut kedalam cawan petri yang telah diisi paku beton ukuran sama besar sebanyak 35 mL dimasing-masing cawan petri sampai paku tercelup seluruh permukaannya dengan 3,6 mL Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6) 0,5 M, dan HCl 0,5 dimasing-masing cawan petri.
         Berdasarkan hasil pengamatan, korosi pada paku yang paling cepat terjadi pada cawan petri ke-4
yang ditambahan larutan HCl. Hal ini terjadi karena besi akan lebih mudah teroksidasi dalam suasana asam. Larutan yang bersifat basa juga dapat mengakibatkan korosi tetapi prosesnya lebih lambat. Proses korosi pada besi dalam suasana asam:
    
 

Proses korosi besi dalam suasana basa




Harga potensial reduksi dalam suasana asam lebih besar sehingga proses korosi lebih cepat.
        Larutan garam (dalam percobaan ini adalah NaCl) juga dapat mengakibatkan terjadinya korosi. Hal ini disebabkan karena garam NaCl,  Na+   +   Cl- merupakan garam dari hasil asam kuat dan basa kuat. Cl- membuat sifatnya yang korosif, menimbukan perkaratan pada paku. Cawan yang diisi dengan indikator penolptalein juga mengalai proses korosi dan menimbulkan warna keunguan di beberapa paku, warna tersebut menunjukkan tempat terjadinya reaksi reduksi.

Setelah 24 jam







VII.   Kesimpulan
·        
 
a. Proses korosi terjadi ketika apabila ada oksigen dari sistem maupun lingkungan dan air.
·             b. Proses korosi yang paling cepat terjadi pada cawan petri yang ditambahkan HCl.
·             c. Harga potensial reduksi yang lebih besar mengakibatkan proses korosi lebih cepat.
·             d. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi diantaranya : tingkat keasaman, kontak dengan   elektrolit, keadaan logam besi itu sendiri, keaktifan logam, dan kontak dengan logam lain.
·              e. Fungsi NaCl berfungsi sebagai jembatan garam.

VIII.      Daftar Pustaka

Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas Sains dan       
        Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
         Kalman Media Pustaka .
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://id.wikipedia.org  diakses pada 08 Oktober 2012 pukul 20.56 WIB.
http://www.chem-is-try.org diakses pada 08 Oktober 2012 pukul 21.20 WIB.
http://www.scribd.com diakses pada 08 Oktober 2012 pukul 22.03 WIB.

IX.      Lampiran
 PERTANYAAN
1. Apa tanda-tanda telah terjadi proses redoks pada percobaan ini?
2. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi!
3. Sebutkan reagen-reagen apa saja yang dapat meleburkan logam Fe?
4. Senyawa apa saja yang terdapat pada besi komersial?
Jawaban 
     1.      Besi berubah menjadi besi (III) oksida yaitu merupakan karat besi
    
    2.      Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e (x2)
            O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)


 
            4 Fe2+(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
                                                      
    3.      Reagen yang dapat meleburkan logam Fe adalah K3Fe(CN)6, HCl dan NaCl

    4.      Besi komersial merupakan campuran besi dan karbon. tambahan unsur Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal).  Dimana kandungan karbon ( C ) mempengaruhi kekerasan baja, Disamping itu, baja mengandung unsure campuran lain yang disebut paduan, misalnya Mangan ( Mn ), Tembaga (Cu), Silikon ( Si ), Belerang ( S ), dan Posfor ( P )